Jurnal Geosains Terapan https://geosainsterapan.id/index.php/id <p><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;"><strong>Jurnal Geosains Terapan</strong> (J.Geos T.) adalah jurnal nasional yang dipublikasikan dua kali dalam setahun, diterbitkan setiap bulan Februari dan Agustus oleh Departemen Geosains FMIPA UI. Jurnal Geosains Terapan memberikan kesempatan bagi kontributor untuk menuliskan paparan ilmiah dalam mendukung atau berhubungan dengan ilmu kebumian, meliputi: geologi, geofisika, geografi fisik, geodesi, geomorfologi dan terapannya. Jurnal Geosains Terapan akan dipublikasikan dalam bentuk buku jurnal dan jurnal online</span></span></p> Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia id-ID Jurnal Geosains Terapan 2502-468X Studi Longsor Berbasis Kecerdasan Buatan: Sebuah Tinjauan https://geosainsterapan.id/index.php/id/article/view/107 <p>Tanah longsor masih menjadi topik hangat dalam diskusi bencana geologi, termasuk Indonesia. Berbagai metode, <br />termasuk Artificial Intelligence (AI), digunakan untuk melakukan pengembangan penelitian tentang topik tanah longsor. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk menyajikan tinjauan komprehensif studi longsor berbasis AI yang berfokus pada area aplikasi tertentu, metode rekayasa fitur (FEM), dan sumber Digital Elevation Model (DEM) yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan tinjauan sistematis terhadap studi longsor terkini (2012-2022) yang diteliti secara sistematis dalam suatu sintesis. Eksplorasi menghasilkan 26 makalah dari jurnal atau prosiding terindeks nasional dan internasional, yang disaring menjadi 12 artikel yang membahas atau <br />menyebutkan area aplikasi tertentu, FEM, dan sumber DEM. Analisis menunjukkan bahwa aplikasi AI dalam studi longsor didominasi untuk pemetaan kerentanan longsor dan masih sedikit untuk aplikasi lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa hampir semua studi longsor berbasis AI memilih SRTM sebagai sumber DEM. Mengenai FEM, hanya lima artikel yang membahas pemilihan faktor longsor yang penting. Ada empat FEM yang digunakan dalam studi tersebut, yaitu deduksi variabel, model faktor kepastian, algoritma C.45, dan peringkat kepentingan variabel. Dari analisis mendalam terhadap 13 artikel tersebut, dapat disimpulkan bahwa studi longsor berbasis AI di Indonesia masih perlu dikembangkan alih-alih <br />berfokus pada pemetaan kerentanan longsor saja. Studi untuk menemukan faktor longsor yang efektif dan sumber daya DEM yang kompatibel menggunakan AI juga dapat menjadi peluang baru bagi para ahli longsor.</p> Twin Hosea Widodo Kristyanto Urwatul Wusqa Twin Yoshua Raharjo Destyanto M.M. Lanny W. Pandjaitan Lukas Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Geosains Terapan https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0 2024-10-23 2024-10-23 6 2 Analisis Bahaya Gempa Bumi Menggunakan Metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) di Pulau Madura, Jawa Timur https://geosainsterapan.id/index.php/id/article/view/84 <p><span style="font-weight: 400;">Gempa bumi berkekuatan 4,8 SR yang terjadi pada 13 Juni 2018 pukul 20.06 WIB di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura mengakibatkan 135 bangunan rusak. Usaha mitigasi bencana gempa bumi perlu dilakukan untuk meminimalisir dampak kerusakan dan kerugian jiwa hingga materiil. Salah satu caranya adalah dengan melakukan penelitian mengenai kemungkinan munculnya gempa bumi pada tingkat bahaya tertentu menggunakan metode PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis). Nilai PGA terendah pada peta peta periode ulang gempa 2.475 tahun (PoE 2%) hasil penelitian memiliki rentang nilai 0,25 – 0,27 g, sedangkan pada peta milik SNI 1726:2019 memiliki rentang nilai 0,15 – 0,20 g yang keduanya berada di wilayah Kabupaten Sumenep. Nilai PGA pada peta periode ulang gempa 2.475 tahun (PoE 2%) hasil penelitian di Pulau Madura masuk ke intensitas MMI VII (very strong) hingga VIII (severe). Menurut grafik respon SA dalam periode 4 detik di lokasi kejadian gempa 13 Juni 2018, diperlukan revisi kode bangunan nasional SNI 1726:2019 dari percepatan tanah spektral tertinggi 0,45 g menjadi 0,61 g.</span></p> Jessica Stephanie Tulis Anne Meylani Magdalena Sirait Supartoyo Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Geosains Terapan https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0 2024-10-23 2024-10-23 6 2 Application of Electrical Resistivity Method with Peak and Flat Base Electrodes to Detect A Potential Water Leakage Underneath A Water Pool in Kiara Payung, Sumedang, West Java https://geosainsterapan.id/index.php/id/article/view/111 <p>This study aims to detect potential leakage underneath a water pool made of concrete using the electrical resistivity method with peak and flat base electrodes. Peak electrodes cannot be used on hard materials such as concrete because they can damage the concrete structure, while flat base electrodes can be used without causing any damage to the structure. This study was performed using a single profile, along which electrical resistivity measurements were conducted with different electrode combinations: all peak electrodes, a combination of peak and flat base electrodes, and all flat base electrodes. The maximum profile length was 117.5 meters with a spacing between electrodes of 2.5 meters and using a total of 48 electrodes. The measured apparent resistivity was inverted using the least-square and robust constraint inversion methods to obtain 2D true resistivity sections. An analysis of the 2D sections was conducted based on the resistivity profile, model errors, and ability to resolve the water pool geometry. The results show that the inverted model using the robust constraint method with flat base electrodes has the best result, which exhibits a clear boundary between the water pool and its surrounding soil, has a smaller error, and is able to resolve the water pool geometry compared to other models. This inversion result indicates no leakage occurs underneath the water pool. Therefore, the electrical resistivity method using flat base electrodes can be used for long-term maintaining the water pool in the study area and should be used in other geoelectric resistivity studies on hard surfaces.</p> <p>&nbsp;</p> Mutiara Nurul Azizah Ayunda Aulia Valencia Agus Kuswanto Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Geosains Terapan https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0 2024-10-23 2024-10-23 6 2 Pemodelan Metode Resistivitas 4D untuk Identifikasi Penyebab Longsor di Wilayah Asrama Kampus Lapangan Geologi Karangsambung https://geosainsterapan.id/index.php/id/article/view/109 <p>Tanah longsor di Asrama Kampus Lapangan Geologi Karangsambung mulai Agustus - November 2022 menyebabkan tembok bergeser hingga membelok. Pada Agustus 2023, pergeseran tembok sekitar 1,5 meter kembali terjadi pada zona yang mengalami longsor sebelumnya. Litologi di bawah permukaan didominasi batulempung yang tidak dapat mengalirkan air tanah. Pengamatan sumur pompa menunjukkan naiknya muka air tanah setelah penyedotan, menandakan kandungan air tinggi di bawah permukaan, yang dapat disebabkan oleh curah hujan ringan yang berkepanjangan. Pergerakan air tanah perlu dimodelkan untuk mengidentifikasi arah aliran air dari resapan hujan ke bawah permukaan. Pemodelan metode resistivitas 4D sebanyak 4 kali dan jarak waktu 3 jam menunjukkan air hujan meresap pada lapisan tanah timbunan, menyebar ke arah timur, selatan, dan barat laut. Air dari selatan dan timur mengalir ke tenggara kedalaman 4 – 20 meter, sementara dari barat laut menuju kedalaman 8 – 23 meter. Air terperangkap di atas bidang gelincir lempung lanauan, terutama di tenggara yang mendekati zona longsor. Curah hujan ringan berkepanjangan terjadi 14 kali dari Januari - November 2022, dengan puncaknya pada 13 - 17 Juli 2022 sebesar 22,65 mm/hari. Dengan demikian, penyebab tanah longsor di daerah penelitian adalah air resapan hujan ringan berkepanjangan yang mengalir ke bawah zona longsor dan terperangkap pada bidang gelincir lempung lanauan.</p> Azelia Maudine Khadijah Fahira Iskandarsyah Agus Kuswanto Junaedi Abdulah Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Geosains Terapan https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0 2024-10-23 2024-10-23 6 2 Anisotropy of magnetic susceptibility: Application to tectonics and basin evolution https://geosainsterapan.id/index.php/id/article/view/114 <p>The anisotropy of magnetic susceptibility (AMS) was proposed over half a century ago and has earned tremendous popularity. The AMS method is a powerful quantitative tool for fabric analysis, especially in fine-grained sedimentary rocks that lack macroscopically observable paleocurrent indicators. In addition, the AMS has proven as an extremely sensitive indicator to record ‛invisible’ deformational fabrics. Thus, the AMS is increasingly used to characterize the preferred orientation of magnetic minerals from depositional to tectonic setting within a given basin, with the benefit of potentially recording weak upper-crustal strains. The AMS was tested in a sequential geological setting along the northern edge of Gondwana during the Neoproterozoic–Cambrian. The objective of this research is to find the timing and mechanism operated on the northern margin of Gondwana during active-pasive margin transition. In the Cadomian terranes, after the active Cadomian orogeny ceased, several diverse compositional plutons intruded the Teplá–Barrandian unit of the Bohemian Massif. The AMS data are able to differentiate the pre-, syn-, and post-plutonism structures (The Kdyně pluton, the Czech Republic). The possible geodynamic causes of this event were interpreted as a result of a slab break-off. Following this plutonism, the crust at the surface evolved as a graben-type structure of the Příbram–Jince basin (the Czech Republic). The AMS has successfully revealed the paleocurrent direction changes in this sedimentary basin, which was related to the change of tectonic regime.</p> Reza Syahputra Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Geosains Terapan https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0 2024-10-23 2024-10-23 6 2